Dalam dua hari ini saya selalu menulis yang ada hubungannya dengan kejujuran dan ketidakjujuran. Sampai ada Kompasianer yang bingung dan mempertanyakan , kenapa ini dan ada apa ini? Apakah saya sedang bingung dan linglung ?
Pada pagi hari menulis untuk bersikap jujur, sorenya sudah berubah , justru mengajak untuk berani tidak jujur ! Dengan setengah bercanda saya katakan, bahwa saya sedang mempermainkan kejujuran dan ketidakjujuran. Bukankah hidup ini memang permainan ? Yang penting adalah bisa menjadi sebagai pengendali permainan yang sedang berlangsung, bukannya jadi permainan hidup itu sendiri .
Tetapi setelah mempermainkan tentang kejujuran dan ketidakjujuran dalam kata - kata, menimbulkan suatu kesadaran , bahwa hidup ini memang tidak boleh bermain-main dengan kejujuran dan ketidakjujuran, semua harus berjalan pada jalurnya .
Karena takut akhirnya justru tersesat dalam permainan tersebut .
Dalam hidup memang penting untuk mempunyai prinsip dan berpendirian teguh. Namun tak kalah penting adalah juga bisa menyesuaikan keadaan yang dihadapi atau fleksibel menyikapi hidup ini.
Tidak kaku dalam menghadapi permasalahan hidup, namun tetap berada dijalurnya. Seperti halnya kereta api yang tetap berada direlnya, walaupun jalannya harus meliuk-liuk kekiri dan kekanan mengikuti jalannya dan bisa sampai tujuan dengan selamat.
Terhadap satu masalah , kita memang perlu harus jujur, tidak boleh ditawar-tawar, tetapi terhadap satu masalah lagi, kejujuran bisa saja tidak berlaku . Mungkin ada menganggap hal ini sebagai sikap plin-plan, namun menurut saya justru adalah sebuah ketegasan menghadapi permasalahan hidup.
Sebagai contoh, terhadap seseorang yang berseberangan dengan saya, pada suatu saat saya tak akan segan mengkritiknya. Tetapi pada saat lain saya pun tak segan untuk memujinya_pendapatnya_ bila yang dilakukan adalah hal yang baik . Tidak hantam kromo , apapun yang dilakukan selalu dengan kritikan dan kecurigaan .
Menurut saya ini pun merupakan sebuah kejujuran, tidak perlu malu menutupi untuk memberikan pujian kepada musuh sekalipun . Semuanya mengalir sesuai isi hati. Tetapi kadang kita masih tidak berani untuk jujur berkata sesuai isi hati.
Demikianlah hidup, harus bisa untuk menjadi bijak untuk dapat menjadi yang seharusnya dalam bersikap . Benar atau salah selalu direnungkan dan tanyakan pada hati nurani .
Sumber: kompas.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar