Selasa, 23 Maret 2010

Saatnya Mengadopsi Pohon, Investasi untuk Bumi

Investasi bisa dilakukan dalam bentuk apa saja. Misalnya dalam bentuk tanah, rumah, maupun tabungan. Tapi, bagi yang ingin investasi untuk bumi? Mungkin cara yang satu ini bisa menjadi pilihan Anda: investasi pohon!

Caranya? Program Adopt A Tree alias mengadopsi pohon bisa jadi alternatifnya. Program adopsi pohon ini digagas oleh Green Radio bekerja sama dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Pada hari Sabtu dan Minggu kemarin, Kompas.com mengikuti para adopter (pengadopsi pohon) yang "menilik" pohon investasinya di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango atau TNGGP, kawasan Sarongge, Cianjur, Jawa Barat.

Banyak cerita dari para penggagas maupun adopter yang antusias melihat perkembangan pohon yang diadopsinya. Para adopter yang terdiri dari individu dan perusahaan, telah menginvestasikan satuan, puluhan, ratusan, bahkan ribuan pohon di kawasan TNGGP sejak pertengahan 2008 hingga saat ini.

Setiap satu pohon dikenakan biaya adopsi Rp 108.000 untuk 3 tahun. Sebuah sertifikat akan dipegang adopter, yang masa berlakunya tiga tahun dan bisa diperpanjang. Biaya tersebut dimanfaatkan untuk biaya perawatan yang dilakukan oleh warga setempat.

Setiap saat, sang adopter bisa melihat apakah pohon yang diadopsinya tumbuh "sehat" atau mengalami pertumbuhan yang lambat.

Jika mati, pengelola menyediakan tanaman baru yang akan menggantikan. Program adopsi pohon telah dimulai sejak pertengahan 2008 lalu di Sarongge, Cianjur, yang merupakan bekas areal Perhutani dan bagian dari perluasan TNGGP pada tahun 2003.

Areal yang awalnya 15.196 hektar mengalami perluasan menjadi 21.975 hektar. Sekitar 6.000-an areal tambahan itu, sebagian besar dimanfaatkan petani untuk berkebun.

Nah, program adopsi pohon itu ingin mengembalikan areal yang dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan ini menjadi kawasan hutan. Para petani di Sarongge, kebanyakan menanam berbagai macam sayuran seperti wortel, kubis, sawi dan daun bawang.

"Awalnya mempersuasi warga memang tidak mudah. Hasil kebun sayur mayur sudah menjadi penghasilan mereka. Maka, kami terus berbicara, berdiskusi, dan memberikan pemahaman kepada mereka tentang pentingnya rehabilitasi hutan. Prinsip mereka, kalau memang bisa mensejahterakan, mereka mau kok," kata Managing Director Green Radio, Santoso, Minggu (22/3/2010).

Melalui program itu, warga dilibatkan secara aktif untuk memelihara setiap pohon yang diadopsi. Kini, jumlahnya sudah mencapai lebih dari 8.000 pohon. Pola yang diterapkan, pohon adopsi ditanam di lahan yang dimanfaatkan sebagai areal perkebunan.

Kesepakatannya, warga dilarang menanam sayuran dalam radius diameter 30 sentimeter dari pohon adopsi. Diharapkan, secara perlahan, lahan perkebunan akan digantikan oleh tanaman vegetasi hutan taman nasional.

"Untuk menggantikan manfaat secara ekonomi yang didapat dari perkebunan, kami memberikan guliran ekonomi berupa hewan ternak seperti kelinci, domba, dan lebah madu. Hasilnya bisa melebihi yang mereka dapat dari berkebun di taman nasional. Biasanya, mereka dapat 300.000 per bulan. Dengan hasil ternak, penghasilan per bulan bisa lebih dari itu," kata Santoso.

Kini, perlahan namun pasti, para warga mulai menunjukkan antusiasme dan dukungannya terhadap program adopsi pohon tersebut.

Sumber: Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar